Di kampung itu hidup
seorang pemuda bernama Domas. Ibu dan Ayah nya sudah meninggal dunia. Karena
miskin dan tidak punya harta, Domas sering di hina penduduk kampung sehingga Ia
jarang keluar dari gubuk peninggalan orang tuanya. Tiap hari kerjanya memancing
ikan di sungai yang tidak jauh dari gubuknya. Domas yang miskin dan yatim piatu
itu tidak mau membenci penduduk kampung meski mereka suka menghina dirinya.
Pada suatu hari, ketika
Domas pulang setelah mencari kayu bakar di hutan, ia mendapatkan gubuknya sudah
dibakar orang. Perasaan Domas yang hidup sebatang kara itu hancur lebur. Ia
merenungi nasibnya yang malang dan ingin bunuh diri. Akan tetapi, pada suatu
malam, Domas yang tidak punya rumah dan tinggal di bawah atap daun pisang yang Ia
buat, bermimpi di datangi kakek tua berjanggut putih panjang terurai itu
berpesan kepada Domas agar Ia pergi ke arah selatan.
"Apabila cucu
bertemu sebuah sungai besar yang di kelilingi banyak pohon besar, menetaplah di
sana. Jangan lupa membuka ladang untuk ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan
sebagai bekal sehari-hari" kata kakek dalam mimpi itu.
Setelah mendengar pesan
itu, Domas terbangun. Ia mencari kakek tua itu, tetapi tidak ada. Karena sering
dihina oleh orang sekampung nya, Domas pun mengikuti pesan dalam mimpi.
Pada suatu hari
menjelang fajar, dengan berat hati Domas meninggalkan kampug halamannya menuju
tempat yang di sebutkan kakek tua dalam mimpi itu. Masuk kampung keluar
kampung, masuk hutan keluar hutan. Berhari-hari ia melakukan perjalanan dan
sering menghadapi berbagai gangguan. Kadang-kadang Ia bertemu dengan binatang
buas seperti harimau, buaya dan ular. Ia pun menghadapi gangguan jin penunggu
hutan. Akan tetapi, Ia sudah bertekad pergi jauh meninggalkan kampungnya. Ia
yakin, suatu saat hidupnya akan tenteram dan mempunyai ilmu tinggi.
Setelah berjalan
berbulan-bulan, akhirnya sampai lah Domas di sebuah hutan lebat. Di hutan itu
ada sebuah sungai besar, airnya sangat jernih. Domas tercengang. Tiba-tiba Ia
ingat pesan kakek tua dalam mimpinya dulu.
Tanpa berpikir lama,
Domas memutuskan untuk tinggal di tepi sungai yang sekarang bernama Sungai Way
Sekampung. Berhari-hari Ia mengumpulkan kayu untuk membuat pondok. Setelah itu,
Ia pun menebang pohon untuk dibuat ladang. Hati Domas semakin tenteram. Di
sungai itu banyak terdapat ikan yang bisa didapat dengan mudah.
Karena tidak ada
pekerjaan lain, Domas sering melakukan semadi atau bertapa. Waktu pun berlalu
dengan cepat. Pada suatu hari, saat bertapa pada malam hari, Ia mendapat pesan
gaib. Ia diberi ilmu kesaktian serta sebilah pedang dan tongkat kayu berbentuk
ular. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Domas menerima
semua pemberian itu dan akan menggunakannya dengan baik untuk membantu orang
yang memerlukan pertolongan dan orang yang mengalami musibah.
Sejak menerima pemberian
itu. Domas diberi tambahan nama dengan sebutan Sultan. Nama lengkapnya menjadi
Sultan Domas. Karena perkembangan zaman, sekitar tempat Sultan Domas bertempat
tinggal sering dikunjungi orang. Ada yang mencari ikan di sungai. Ada pula yang
mencari rotan. Mereka pun bertemu dengan Sultan Domas yang sudah tua di tengah
hutan.
Pada mulanya mereka
merasa takut dengan Sultan Domas. Akan tetapi, lama-kelamaan mereka tahu bahwa
orang yang berada sendirian di tengah hutan itu orang baik. Berkali-kali para
pencari ikan ditolong oleh Sultan Domas ketika mereka diserang buaya-buaya
penunggu sungai. Orang yang diganggu binatang buas di dalam hutan pun ditolong
Sultan Domas tanpa imbalan jasa.
Meskipun demikian, tidak
semua orang yang ditolong Sultan Domas mau menerima pertolongan itu dengan
ikhlas. Diantara mereka ada yang berniat jahat, walaupun pernah dibantu Sultan
Domas. Apalagi mereka tahu bahwa Sultan Domas mempunyai ilmu yang sakti serta
memiliki sebilah pedang dan tongkat kayu yang bagus.
Menurut kisah penduduk kampung, pada suatu hari
ketika Sultan Domas mencari ikan di hulu Sungai Way Sekampung, datanglah lima
orang lelaki berwajah seram ke pondoknya. Ternyata, mereka sudah lama mengintip
dan menunggu Sultan Domas pergi dari pondok. Mereka ingin mencuri pedang dan
tongkat Sultan Domas. Konon, ketika Sultan Domas pergi agak jauh menyusuri
aliran sungai, mereka segera menuju ke pondok. Semua barang milik Sultan Domas
diambil, termasuk sebilah pedang dan tongkat kayu.
Setelah mendapatkan
semua yang di inginkan, mereka bermaksud meninggalkan pondok Sultan Domas dan
membakar pondok. Akan tetapi, setiap kali mereka akan membakar pondok, api
tidak bisa hidup. Akhirnya, niat untuk membakar pondok dibatalkan. Mereka
segera pergi, tetapi di depan pintu pondok mereka terhenti karena ada seekor
ular besar yang mengeluarkan semburan berhawa panas. Mereka panik dan membuka
dinding bagian belakang pondok. Akan tetapi, di sana juga ada seekor buaya
besar yang siap menerkam. Dengan perasan takut, kelima orang jahat itu
terkepung di dalam pondok sampai Sultan Domas pulang.
Sultan Domas tidak
terkejut ketika melihat orang-orang jahat itu di dalam pondok. Bahkan, dengan
ramah ia menyapa kelima orang yang sedang ketakutan itu. Mereka tidak bisa
berbicara, mulut mereka serasa terkunci.
Sultan Domas memberi
salam satu per satu kepada kelima orang itu. Aneh bin ajaib, kelima orang yang
bermaksud jahat itu bisa membuka mulut. Sultan Domas hanya tersenyum dan
mengajak mereka bermalam di pondoknya. Karena hari sudah menjelang malam dan
karena takut, mereka menerima tawaran itu. Malam itu baru Sultan Domas tahu
kalau disekitar hutan tempat tinggalnya ada perkampungan yang bisa dicapai
dengan berjalan kaki selama satu hari.
Setelah kelima orang itu
pulang, tersebarlah di seluruh daerah bahwa di pinggir sungai dalam hutan Way
Sekampung ada orang sakti yang sangat baik sifatnya. Menurut cerita orang tua,
banyak orang ingin membuka ladang di sekitar tempat tinggal Sultan Domas dulu.
Lama-kelamaan, tempat itu menjadi perkampungan. Sultan Domas pun diangkat
menjadi pemimpin.
Sampai sekarang legenda
Sultan Domas masih dikenal masyarakat. Bahkan, makam Sultan Domas yang ada di
pinggir Sungai Way Sekampung dianggap keramat. Banyak orang melakukan semadi
meminta petunjuk lewat makam Sultan Domas yang terletak di desa Sidomukti,
kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Tengah.
Sungai di pinggir makan
itu sering banjir. Anehnya, Jika sungai Way Sekampung banjir besar, makam itu
tidak pernah tenggelam sementara tempat-tempat di sekitarnya digenangi air
sungai.
Kesimpulan
Cerita rakyat ini berisi
ajaran pendidikan, yaitu orang yang tabah dan mengalah bukan berarti kalah.
Tuhan selalu memberikan petunjuk bagi orang yang sabar, tidak selalu mengejar
harta benda, lupa diri, atau sombong. Demikianlah jalan hidup Sultan Domas,
dari anak yatim piatu yang tidak mempunyai pangkat, harta benda, berkat
ketabahan hatinya, akhirnya berhasil menjadi orang yang disegani dan memiliki
kesaktian yang tinggi.
Penulis : Auliya Wahyu Ranti
Redaktur : Ari Rahmad Nawawi
Referensi :
http://www.ceritadongenganak.com/2015/03/legenda-sultan-domas.html
https://indodongeng.blogspot.com/2010/05/sultan-domas.html
KOMENTAR