Legenda
Jaka Tarub konon berasal dari desa Widodaren, kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi,
di Provinsi Jawa Timur. Menurut legenda, nama desa Widodaren berasal dari kata bidadari
yang diambil dari cerita Jaka Tarub dan 7 Bidadari ini.
Jaka
Tarub adalah pemuda yang tampan. Dia sangat populer di desanya. Banyak gadis
muda jatuh cinta padanya. Namun Jaka Tarub berpikir bahwa mereka tidak cukup
cantik untuk menjadi istrinya.Itu lah sebab nya mengapa dia masih lajang. Dia
ingin memiliki istri yang sangat cantik.
Seperti
biasa Jaka Tarub pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu. Tiba-tiba dia
mendengar suara dari air terjun. Dia penasaran, suara itu terdengar seperti
banyak gadis sedang mandi di air terjun didalam hutan. Agak mengendap-endap, Jaka
Tarub berjalan ke arah air terjun. Ketika dia tiba di sana, dia melihat tujuh
gadis sangat cantik sedang mandi.
Dia
benar-benar terpesona dengan kecantikan mereka. Setelah mereka selesai mandi,
gadis-gadis itu perlahan mengambil selendang mereka. Hebatnya setelah mereka
mengenakan selendang, mereka terbang ke langit.
“Mereka
bukan manusia. Mereka Bidadari dari Kahyangan!” kata Jaka Tarub terkesima.
Setelah
itu Jaka Tarub pulang. Dia sangat gelisah. Dia terus memikirkan tujuh gadis
cantik itu.
Pada
hari berikutnya, Jaka Tarub kemudian memutuskan untuk kembali ke air terjun. Ketika
para Bidadari itu mandi, dia mencuri salah satu selendangnya. Dan itu membuat
satu bidadari tidak bisa terbang kembali ke langit.
Dia
menangis.
Jaka
Tarub kemudian mendekatinya. “Ada apa? Kenapa kamu menangis?”
“Aku
kehilangan selendangku. Aku tidak bisa kembali ke rumah. Semua saudariku telah
meninggalkanku. Namaku Nawang Wulan. Aku akan memberimu apa pun jika kamu dapat
menemukan syalku.” kata bidadari itu.
“Aku
akan membantumu. Tetapi jika kita tidak dapat menemukannya, kamu bisa tinggal
di rumahku. Kamu bisa menjadi istriku,” kata Jaka Tarub.
Kemudian
Jaka Tarub berpura-pura mencari selendang. Dan tentu saja mereka tidak dapat
menemukannya.
Setelah
itu mereka pergi ke rumah Jaka Tarub. Kemudian mereka menikah. Mereka punya
bayi perempuan. Mereka memiliki kehidupan yang bahagia. Mereka selalu punya
cukup nasi untuk dimakan. Mereka tidak harus bekerja keras seperti tetangga
mereka yang lain. Itu karena Nawang Wulan menggunakan sihirnya untuk memasak.
Suatu
hari, Jaka Tarub bertanya kepada istrinya mengenai keanehan beras mereka yang
tidak pernah habis. Nawang Wulan tidak memberitahunya rahasia itu dan
memintanya untuk jangan pernah membuka tutup panci saat memasak.
Dia
mengatakan bahwa jika Jaka Tarub membuka tutupnya, mereka harus bekerja keras
untuk mendapatkan banyak nasi untuk dimasak.
Suatu
hari, Jaka Tarub benar-benar ingin tahu. Dia kemudian membuka tutup panci
memasak. Dia terjekut ketika melihat hanya ada beberapa butir beras untuk
dimasak.Ketika Nawang Wulan sampai di rumah, dia tahu bahwa Jaka Tarub telah
membuka tutupnya. Dia marah karena dia sudah kehilangan keajaiban dalam
memasak. Sekarang dia harus mengambil nasi dalam porsi besar untuk dimasak. Perlahan-lahan
cadangan beras mereka di tempat penyimpanan semakin berkurang.
Dan
ketika Nawang Wulan ingin mengambil beras terakhir, dia menemukan selendangnya.
Jaka Tarub menyembunyikan selendangnya di tempat penyimpanan beras.
Nawang
Wulan sangat senang, sekaligus sedih. Dia kemudian berkata, “Aku akan pulang
sekarang. Jaga putri kita. Ketika ada bulan purnama, bawa dia keluar dari rumah
dan aku akan datang untuk menjemputnya.”
Nawang
Wulan kemudian terbang ke langit.
Jaka
Tarub sangat sedih.Dan untuk menepati janji, Jaka Tarub selalu pergi keluar
rumah bersama putrinya saat bulan purnama. Namun Nawang Wulan tidak pernah
kembali.
Nawang
Wulan yang marah karena mengetahui bahwa suaminya adalah pencuri selendang
miliknya akhirnya meninggalkan Jaka Tarub.Walaupun Jaka Tarub memohon istrinya
agar tidak pulang ke kahyangan. Namun tekad Nawang Wulan sudah bulat.Hanya
saja, pada waktu-waktu tertentu ia rela datang ke marcapada untuk menyusui bayi
Nawangsih.
Setelah
sekian lama Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub,
dan bersahabat dengan Brawijaya Raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya
mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub.
Utusan
Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan
Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan
sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal
bersama di desa Tarub.
Sejak
saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya
menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan.
Setelah
Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya
sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra,
yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.
Ki
Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang
merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.
Penulis : Aulia Wahyu
Ranti
Redaktur : Ari Rahmad
Nawawi
Referensi :
https://dongengceritarakyat.com/legenda-jaka-tarub/
https://id.wikipedia.org/wiki/Legenda_Jaka_Tarub/
KOMENTAR