Turut berduka atas apa yang terjadi pada Indonesia, dua kejadian yang
"berlandaskan agama" telah mengotori kedamaian negeri ini. Pertama,
beberapa hari ke belakang terjadi pengeboman di sebuah gereja di kota Makassar,
Sulawesi Selatan tepat pada hari ibadah umat Kristiani. Kejadian kedua
percobaan penembakan di Mabes Polri oleh seorang wanita berjilbab. Kedua
kejadian ini memiliki persamaan yang mencolok yaitu pelakunya di duga beragama
Islam. Hal ini semakin menguatkan adanya stereotip di masyarakat bahwa
terorisme tidak jauh jauh dari Islam atau dengan kata lain Islam adalah
terorisme. Mungkin hal ini sudah mengakar dalam benak setiap masyarakat karena
tidak lain dan tidak bukan adalah kebanyakan pelaku terorisme ini beragama
Islam. Sehingga korban dari kejadiannya ini sebenarnya ada dua, yakni dari umat
Kristiani dan umat Islam itu sendiri. Secara konteks memang umat Kristiani
menjadi korban tindak terorisme. Namun, di sisi lain umat Islam juga menjadi
korban fitnah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Tidak peduli apa agama yang dianut oleh seorang teroris, agama apapun yang
ia anut bukan menjadi suatu pembenaran akan apa yang ia lakukan. Agama memang
tidak mengajarkan kekerasan apalagi tindak terorisme, namun ada saja oknum yang
menjadikan agama sebagai landasan tindakannya.
Sekarang bukan saatnya umat beragama menuduh dan menyerang agama lain
sebagai teroris, justru setiap agama seharusnya bersatu dalam melawan tindak
terorisme yang nyatanya ialah musuh bersama dalam kemanusiaan. "Kita
memang berbeda dalam hal keyakinan, namun kita sama dalam kemanusiaan"
-Habib Husein Ja'far-.
Penulis : Muhammad
Nurhalim
KOMENTAR