Sejarah awal vaksin pertama kali dibuat adalah untuk mencegah
penyakit variola yang sangat mematikan.Vaksin tersebut dibuat oleh seorang
dokter bernama Edward Jenner di Berkeley suatu daerah pedesaan di Inggris pada
tahun 1796.
Dengan mengambil nanah lesi cacar sapi dari tangan seorang pemerah
susu, dr. Jenner menularkannya kepada
seorang anak berusia 8 tahun, James Phipps.Enam
minggu kemudian dr. Jenner melakukan variolasi (proses memindahkan pus dari
lesi aktif seseorang yang menderita variola, ke lengan orang lain yang sehat
dengan menggunakan sebuah jarum) terhadap 2 titik di lengan Phipps dengan virus
variola.Hasilnya, ternyata anak laki-laki tersebut tidak terinfeksi variola dan
tetap sehat meskipun prosedur variolasi diulang untuk kedua kalinya, inilah
cikal bakal vaksin pertama didunia.
Istilah vaksin sendiri digunakan oleh dr. Jenner oleh karena
substansi ini berasal dari cacar sapi, di mana sapi dalam bahasa latin adalah vacca.
Istilah vaksin mengacu pada vaksin variola hingga pada tahun 1885 Louis
Pasteur, seorang ahli kimia, menemukan vaksin untuk rabies. Sejak saat itu,
istilah vaksin menjadi lebih umum, yaitu suspensi berisi mikroorganisme yang
telah dilemahkan atau dinonaktifkan, yang berfungsi untuk menimbulkan kekebalan
dan mencegah terinfeks suatu penyakit.
Vaksin adalah zat yang dibuat untuk merangsang pembentukan kekebalan
tubuh dari penyakit tertentu, sehingga bisa mencegah terjangkit dari penyakit
tertentu tersebut.
Vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan
penyakit. Namun antigen yang ada di dalam vaksin tersebut sudah dikendalikan
(dilemahkan) sehingga pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita
penyakit seperti jika orang tersebut terpapar dengan antigen yang sama secara
alamiah.
Secara umum vaksin dan vaksinisasi berbeda. Vaksinasi adalah
kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang di mana vaksin tersebut berisi satu
atau lebih antigen. Saat vaksin dimasukkan ke dalam tubuh, sistem kekebalan
tubuh akan melihatnya sebagai antigen atau musuh. Dengan begitu, sebagai respon
adanya ancaman dari musuh maka tubuh akan memproduksi antibodi untuk melawan
antigen tersebut. Namun, kekebalan yang didapat melalui vaksinasi, tidaklah
bertahan seumur hidup terhadap infeksi penyakit berbahaya.
Berikut adalah beberapa jenis vaksin :
1. Vaksin mati atau disebut juga vaksin tidak aktif adalah jenis
vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan dengan suhu
panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus atau kuman tetap
utuh, namun tidak dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit di dalam
tubuh. Contoh vaksin mati adalah vaksin polio, vaksin DPT, dan vaksin flu.
2. Vaksin hidup berbeda dengan vaksin mati, virus atau bakteri yang
terkandung di dalam vaksin hidup tidak dibunuh, melainkan dilemahkan. Virus
atau bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, namun dapat berkembang
biak, sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem imun.
Contoh vaksin hidup adalah vaksin MMR, vaksin BCG, vaksin cacar
air, dan vaksin rotavirus.
3. Vaksin toksoid, vaksin ini terbuat dari racun bakteri yang
diolah secara khusus agar tidak berbahaya bagi tubuh, namun mampu merangsang
tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap racun yang dihasilkan bakteri
tersebut. Contoh jenis vaksin toksoid adalah tetanus toxoid dan vaksin difteri.
4. Vaksin biosintetik, Jenis vaksin ini mengandung antigen yang
diproduksi secara khusus, sehingga menyerupai struktur virus atau
bakteri.Vaksin biosintetik mampu memberikan kekebalan tubuh yang kuat terhadap
virus atau bakteri tertentu dan dapat digunakan oleh penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh atau penyakit kronis. Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin Hib
dan vaksin mRNA.
Penulis : Aqli
Redaktur: Ari
Referensi : hellosehat.com, alodokter.com, kesehatan.kontan.co.id
KOMENTAR