Di
sebuah desa hiduplah seorang perempuan tua bernama Mbok Yem. Ia hidup sebatang
kara. Mbok Yem ingin sekali memiliki seorang anak, agar dapat merawat dirinya
yang sudah mulai tua. Namun, itu semua mustahil karena ia tidak mempunyai suami.
Setiap
hari Mbok Yem pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada suatu hari, di
tengah hutan. Ia bertemu dengan seorang raksasa yang sangat menyeramkan. Tubuh
raksasa itu lebih tinggi dari pohon. Kulitnya penuh dengan bulu yang kasar.
Kulitnya gelap. Mulutnya terdapat sepasang taring yang sangat tajam. Kukunya
panjang dan kotor.
Mbok
Yem sangat ketakutan. Tubuhnya gemetaran melihat mahluk yang sangat besar itu.
Raksasa itu berkata dengan suara yang sangat membahana,” Hei, perempuan tua?
Jangan takut, aku tidak akan memakanmu. Kamu sudah terlalu tua. Dagingmu keras
dan tidak enak. Aku datang kesini hanya ingin memberikan sesuatu padamu.”
Raksasa
itu memberikan beberapa butir benih tanaman dan berkata,”Tanamlah benih ini dan
rawatlah dengan baik dan kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan selama
ini.. tapi ingat, kau tidak boleh menikmatnya seorang diri. Kau harus
memberikannya kepadaku juga sebagai tanda terima kasih.”
Mbok
Yem hanya mengangguk. Ia langsung pulang ke rumahnya. Setiba Mbok Yem dirumah,
sesuai dengan petunjuk si raksasa itu, di tanamlah benih tersebut. Ajaibnya,
keesokan harinya, benih tanaman itu telah tumbuh menjadi tanaman mentimun.
Buah-buahnya besar-besar. Jika terkena sinar matahari, warnanya besinar seperti
emas.
Karena
penasaran dengan buah mentimun itu, akhirnya di petiklah satu yang paling
besar. Ketika di belah, Mbok Yem sangat terkejut. Di dalam timun tersebut ada
seorang bayi perempuan yang sangat cantik.
“Jadi
ini maksud dari ucapan si raksasa.” ujarnya dalam hati.
Betapa
senangnya Mbok Yem. Tidak pernah terbayangkan akan mempunyai seorang anak
perempuan yang sangat cantik. Karena lahir dari buah mentimun berwarna
keemasan. Anak itu di beri nama Timun Mas.
Keesokan
harinya, di hutan, Mbok Yem bertemu kembali dengan si raksasa RakEngasa itu
berkata, ” Engkau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini. Sesuai
dengan janjimu, engkau harus membaginya denganku.”
Mbok
Yem bingung, ia bertanya, ” Bagaimna mungkin bayi perempuan bisa dibagi?”
“Tidak
usah bingung perempuan tua. Kau boleh memilikinya sampai usia 17 tahun.
Selanjutnya. Anak itu akan menjadi santapanku.” Jelas raksasa.
“Baiklah
raksasa. Aku akan merawat anak itu, dan menganggap anak itu anakku sendiri
sampai usia 17 tahun,” ujar Mbok Yem.
Timun
Mas tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat baik hati dan cantik jelita.
Kulitnya kuning langsat. Tubuhnya tinggi semampai. Rambutnya hitam berkilau.
Semakin hari kecantikannya, semakin terlihat.
Timun
Mas juga sangat rajin membantu ibunya. Ia selalu menemani ibunya mencari kayu
bakar di hutan. Kebaikan hati Timun Mas membuat Mbok Yem khawatir
kehilangannya. Ia sangat menyayangi Timun Mas untuk menjadi santapan si
raksasa.
Tahun
demi tahun terus berganti. Kini, Timun Mas sudah menginjak usia 17 tahun. Sudah
waktunya bagi raksasa itu untuk mengambil Timun Mas Mbok Yem menyuruh Timun Mas
bersembunyi di dalam kamar. Tiba-tiba, terdengar suara dentuman yang sangat
keras. Itu adalah suara langkah kaki si raksasa. Mbok Yem gemetar ketakutan.
“Hai
perempuan tua! Mana anak perempuanmu yang telah kau janjikan untukku ?” teriak
raksasa itu.
“Ia
sedang mandi di kali, Tuan raksasa. Tubuhnya sangat bau. Kau pasti tidak akan
suka memakannya” Ujar Mbok Yem.
“Baiklah.
Aku akan kembali seminggu lagi. Pastikan ketika aku kembali ia sudah siap untuk
ku bawa ke hutan.” Ujar raksasa.
“Tentu
saja. Tuan. Aku tak akan mengecewakanmu.” Ujar Mbok Yem.
Maka
pergilah raksasa itu kembali ke hutan. Mbok Yem dan Timun Mas sangat lega.
Mereka masih punya waktu semiggu untuk bersama. Namun, setelah seminggu berlalu
dan raksasa itu datang kembali, ibu dan anak ini tetap tidak mau berpisah.
Timun Mas kembali bersembunyi. Kali ini di dapur, di dalam tempayan air yang
kosong.
”Hai
perempuan tua. Aku kembali untuk menagih janjimu! Cepat serahkan anak
perempuanmu.” Teriak si raksasa.
”
Maaf, Tuan raksasa. Timun Mas sedang menjual kayu ke kampung. Bila saja engkau
datang lebih pagi, engkau pasti bertemu dengan dia.” Ujar Mbok Yem
Dengan
setengah marah raksasa itu berteriak. ” Baiklah, ku beri waktu 1 minggu lagi. Jika
anakmu tidak kau serahkan kepadaku. Akan ku hancurkan rumahmu.”
Mbok
Yem semakin ketakutan dan bingung denngan ancaman si raksasa. Ia sungguh tidak
rela anak perempuanya yang sangat cantik menjadi santapan si raksasa yang kejam
itu. Melihat keadaan ibunya. Timun Mas berkata. ” Ibu, janganlah bersedih.
Relakanlah aku menjadi santapan raksasa itu.” Ujar Timun Mas.
“Tidak
anakku. Ibu tidak akan membiarkanmu menjadi mangsa raksasa jahat itu. ibu akan
melakukan apapun untuk menyelamatkanmu.” Ujar Mbok Yem.
Kemudian
Mbok Yem pergi menemui seorang kakek yang sakti tinggal di gunung. Kakek sakti
itu memberikan benih mentimun, sebuah duri, sebutir garam, dan sepotong terasi.
Seminggu
kemudian, raksasa itu datang lagi. Kali ini, si raksasa sudah tidak dapat menahan
emosinya. Kakinya yang besar, di hentak-hentakan ke tanah sehingga bumi
bergetar.
“Cepat
serahkan anakmu atau ku hancurkan rumah beserta dirimu! Aku sudah sangat
lapar!” teriak raksasa.
”
Maaf, Tuan raksasa. Anakku sudah berjalan ke hutan. Kembalilah engkau ke hutan
tempat tinggalmu. Timun Mas sudah berada di sana.” Kata Mbok berbohong.
Pada
saat itu. Timun Mas sudah keluar rumah melalui pintu belakang. Ia membawa semua
benda yang di berikan oleh kakek sakti dari gunung itu. Ketika akan kembali ke
hutan, si raksasa melihat Timun Mas berlari dari belakang rumah. Di kejarnya
Timun Mas.
Meskipun
panik. Timun Mas masih mengingat perintah ibunya untuk melempar sebutir benih
mentimun. Benih mentimun itu langsung berubah menjadi lading mentimun dengan
buah yang besar-besar. Karena kelaparan, si raksasa memakan mentimun-mentimun
di ladang itu. Setelah keyang. Ia kembali mengejar Timun Mas. Meskipun perutnya
yang kekenyangan membuat jalannya menjadi lambat. Raksasa itu tetap bisa
mengejar Timun Mas karena langkah kakinya yang panjang.
Ketika
si raksasa sudah dekat. Timun Mas melemparkan sebuah duri. Duni itu berubah
menjadi sebuah hutan bambu. Hutan bambu itu memperlambat jalan raksasa itu.
Tubuhnya menjadi penuh luka karena tertusuk batang bambu.
Namun,
raksasa itu tidak menyerah. Ia tetap mengejar mangsanya. Kali ini, Timun Mas
melemparkan sebutir garam. Garam itu berubah menjadi sebuah lautan yang luas.
Raksasa itu harus berenang untuk mengejar Timun Mas. Ia berhasil, tetapi
tubuhnya sudah sangat lelah.
Raksasa
itu terus mengejar Timun Mas meskipun sudah kelelahan. Timun Mas melempar
sepotong terasi. Kali ini terasi tersebut berubah menjadi lumpur hisap. Raksasa
itu berteriak meminta tolong ketika tubuhnya terhisap lumpur.
Tubuh
raksasa yang besar tidak mampu melawan hisapan lumpur karena kelelahan. Ia pun
tewas terhisap lumpur. Maka, tamatlah riwayat raksasa jahat itu. Setelah bebas
dari raksasa jahat itu. Kehidupan Timun Mas dan Mbok Yem membaik.
Timun
Mas bertemu dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Pangeran itu jatuh
cinta kepadanya. Mereka pun menikah. Timun Mas dan Mbok Yem diboyong oleh
pangeran itu ke istananya. Mereka hidup bahagia selamanya.
Pesan Moral dari Cerita Legenda Timun Mas dari Jawa Tengah adalah
janganlah kita bertindak semena-mena terhadap orang lain. Karena hal itu akan
membawa malapetaka bagi diri ssendiri
Penulis
: Aulia
Redaktur
: Ari
Referensi
https://dongengceritarakyat.com/cerita-legenda-timun-mas-dongeng/
https://www.uniqpost.com/cerita-rakyat-legenda-timun-mas/
KOMENTAR