Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh
dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin bersama anak perempuannya. Anak dari Janda tersebut sangat cantik
jelita, ia selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya
tidak sama dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah
membantu ibunya.
Selain pemalas, ia juga sangat manja.
Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti. Tanpa berpikir keadaan mereka
yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun sering sakit-sakitan.
Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak
ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga
mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan
melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan
yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan
dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka
hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang
berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa,
orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan
anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah
gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu,
sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu,
seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Hai, gadis cantik.
Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?”
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia
adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian
meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan
bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” “Bukan, bukan,”
jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”
Sepanjang perjalanan setiap bertemu
dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal yang sama. Namun, ia terus
menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri di perlakukan sebagai
seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan
diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu
sangat menyakitkan
hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti,
dan duduk pinggir jalan sambil meneteskan air mata.
‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan?
Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.
Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya
sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah mengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan ibunya, sang
anak merasa kebingungan.
‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak
putrinya.
Sang ibu tetap tidak menjawab, dan
meneruskan doanya untuk menghukum putrinya sendiri.
‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah
ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik putri hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang
durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.’’ Doa sang Ibu.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan
gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi
batu. Kakinya mulai berubah menjadi batu dan sudah mencapai setengah badan.
Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia merasa ketakutan.
‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi
dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi anak yang baik bu’’
teriak Putrinya ketakutan.
Gadis tersebut terus menangis dan
memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman itu tidak dapat di hindari.
Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis durhaka itu hanya
menangis dan menangis menyesali
perbuatannya. Sebelum kepalanya menjadi batu, sang ibu masih melihat air
matanya yang keluar. Semua orang yang berada di sana menyaksikkan peristiwa
tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu.
Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Legenda
Batu Menangis adalah selalu hormati dan sayangi kedua orang tuamu, karena
kesuksesan dan kebahagiaan mu akan sangat tergantung dari doa kedua orangtuamu.
Penulis : Aulia
Redaktur: Ari
Referensi :
-
https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-legenda-batu-menangis/
-
https://histori.id/legenda-batu-menangis-kalimantan-barat/
KOMENTAR