A Little Princess merupakan novel
anak-anak karya Frances Hodgson Burnett yang terbit pertama kali sebagai buku
pada tahun 1904. Awalnya novel ini merupakan serial Novelette yang
berjudul Sara Crewe atau Ada Apa dengan Asrama Nona Minchin yang
diterbitkan oleh St. Nicholas Magazine pada tahun 1888.
Meskipun merupakan novel lama, namun novel ini tetap enak dibaca. Membaca novel
ini serasa memasuki dunia anak-anak yang penuh kepolosan, bukan dunia anak-anak
yang kini banyak tercemar dengan pengaruh sinetron yang seringkali tidak masuk
aakal
Di kisahkan, Ada seorang anak perempuan piatu bernama Sara Crewe yang baru
berumur 7 tahun. Hidup penuh kasih sayang bersama ayahnya Kapten Crewe. Sampai
tiba saatnya bagi Sara untuk tinggal di sekolah asrama di London yang jauh dari rumahnya di
India. Meskipun anak orang kaya, alih-alih menjadi anak yang sombong dan manja, Sara justru menjadi anak
yang supel dan menyenangkan, sangat haus akan ilmu serta pandai bercerita. Daya
imajinasinya luar biasa. Ia bisa melahap berbagai buku seperti seekor serigala
kecil.
Pengalaman pertamanya di sekolah menyebabkan Nona Minchin, kepala sekolah
asrama tempatnya tinggal, menyimpan dendam sekaligus mengagungkannya sebagai
murid kesayangan dan putri dari seorang yang kaya raya. Kejadiannya bermula
ketika Nona Minchin mendatangkan guru bahasa Perancis untuk Sara tanpa bertanya
terlebih dahulu apakah Sara bisa berbahasa Perancis. Dan Nona Minchin menjadi
sangat malu saat guru tersebut mengatakan, Sara yang memiliki ibu yang berasal
dari Perancis, tak perlu belajar bahasa Perancis lagi. Bahkan aksennya pun
seperti orang Perancis asli.
Sara sangat tegar untuk anak perempuan seumurannya. Hal itu disebabkan ia
bangga sebagai anak prajurit dan ia ingin bersikap seperti seorang prajurit
sejati yang sanggup menanggungkan kerasnya peperangan tanpa keluhan.
Hari-hari Sara di asrama ditemani Emily, boneka yang sejak lama diidam-idamkan.
Ia pandai berteman dengan siapa pun bahkan dengan Ermengarde yang bodoh dan
Lottie, si kecil piatu yang cengeng dan menyebalkan. Kepandaiannya bercerita
membuatnya memiliki banyak pengikut bahkan si Becky, pelayan kecil yang tinggal
di loteng.
Keadaan menjadi berubah ketika bisnis ayahnya merambah ke tambang berlian dan
berakhir dengan kebangkrutan dan kematian Kapten Crewe. Berita kematiannya
diterima Sara tepat saat perayaan ulang tahunnya yang ke sebelas bersama
teman-teman sekelasnya.
Kehidupan Sara yang bak seorang putri berubah 180 derajat menjadi pelayan kecil
penghuni loteng bersama Becky. Sikap optimisnya tergambar pada bagaimana dia
bisa berteman dengan tikus kecil yang diberinya nama Melchisedec dan burung-burung
pipit di sekitar loteng. Loteng kamar baginya adalah sebuah penjara Bastille
yang suatu saat pasti akan ada kebebasan.
Keajaiban pun datang di tengah kekejaman perlakukan pemilik asrama bahkan para
juru masak yang sering melampiaskan kemarahan padanya dengan menyuruhnya
berbelanja ke luar asrama di tengah hujan salju sekalipun. Tuan India yang
menjadi tetangga baru nya lah pembawa keajaiban itu dan mengembalikannya
menjadi sorang putri sebagaimana seharusnya.
Pesan moral yang ada dalam kandungan cerita ini
adalah jadilah seseorang yang pekerja keras, optimis, dan mampu menyesuaikan
diri di manapun kita berada, karena hal-hal kecil tersebut lah yang dapat
membawa kita ke pribadi yang lebih terarah. Dan jangan lupa untuk selalu
berpikir yang baik, karena pikiran yang baik akan mendatangkan sesuatu yang
baik juga apabila di sertai dengan usaha yang keras.
Penulis : Mutia
Redaktur
: Ari
KOMENTAR