Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
Dalam Islam adab sangat diatur disegala hal kehidupan termasuk dalam bertamu. Seseorang yang bertamu hendaklah mempunyai adab sebagai berikut:
1.Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa dirinya atau agamanya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ دُعِىَ فَلْيُجِبْ
“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
2. Hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya ataupun orang yang miskin.
3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim. Sebagaimana hadits yang menerangkan bahwa, “Semua amal tergantung niatnya, karena setiap orang tergantung niatnya.” (HR. Bukhari Muslim)
4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka.
5. Seorang tamu meminta persetujuan tuan untuk menyantap, tidak melihat-lihat ke arah tempat keluarnya perempuan, tidak menolak tempat duduk yang telah disediakan.
6. Termasuk adab bertamu adalah tidak banyak melirik-lirik kepada wajah orang-orang yang sedang makan.
7. Hendaknya seseorang berusaha semaksimal mungkin agar tidak memberatkan tuan rumah, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam ayat di atas: “Bila kamu selesai makan, keluarlah!” (Qs. Al Ahzab: 53)
8. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini dapat mempererat kasih sayang antara sesama muslim,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
9. Jika seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, ia harus meminta izin kepada tuan rumah dahulu
10. Seorang tamu hendaknya mendoakan orang yang memberi hidangan kepadanya setelah selesai mencicipi makanan tersebut dengan doa:
اَللّهُـمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي, وَاْسقِ مَنْ سَقَانِي
“Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman.” (HR. Muslim).
Selain adab bagi orang yang bertamu juga berlaku adab seorang tuan rumah yang wajib memuliakan tamu, sebagaimana yang terdapat pada hadis sebagai berikut:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu sesuai jatah harinya” (Muttafaq Alaih)
Ketika menjamu tamu hendaknya tidak berlebihan karena dapat menimbulkan kesombongan. Perbuatan berlebih-lebihan dilarang agama. Anas bin Malik mengatakan, “kami pernah Bersama Umar, lalu dia berkata, “kita dilarang berlebih-lebihan.” (H.R. Bukhari)
Menjamu tamu hendaknya dengan jumlah cukup (sesuai jumlah undangan), tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.
Berikut beberapa etika menjamu tamu:
1.Tuan rumah harus segera menghidangkan makanan kepada para tamu karena menyegerakan penghidangan makanan kepada tamu adalah memuliakan tamu.
2.Tuan rumah tidak boleh memberesi makanan sebelum semua tamu selesai makan.
3.Tuan rumah hendaknya menghidangkan makanan secukupnya (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit), sebab hidangan sedikit itu mengurangi kedermawanan dan hidangan banyak itu riya’ dan keduanya tercela.
4. Tuan rumah mengajak tamunya berjalan-jalan ke luar rumah, kepada para salafush saleh biasa melakukannya, dan itu termasuk memuliakan tamu yang diperintahkan.
Seorang muslim mengimani wajibnya menghormati tamu dan menghargainya secara pantas, sebaliknya seorang tamu juga wajib menghormati serta berlapang dada terhadap tuan rumah. Demikian, Rasulullah mengajarkan beberapa adab bertamu dan memuliakan tamu. Agar seorang muslim dapat masuk golongan orang yang beriman.
Penulis : Nova
Redaktur : Ari
Referensi :
Alik Al Adhim, Adab Bertamu, Surabaya: JP Books.
KOMENTAR