Apakah kalian tahu bahwasanya ada cerita atau legenda dibalik sebuah taman wisata yang ada dibukit tangkiling,Palangka Raya? Menurut cerita yang berkembang dipulau Kalimantan,ada sebuah kampung didaratan yang terletak di tepi sungai Sebangau.Disana hiduplah seorang janda yang ditinggal mati oleh suami nya dengan anak laki-laki nya yang berusia 6 tahun.Nama janda tersebut adalah Bawi Kuwu yang artinya wanita cantik dan awet muda.Pada suatu hari,Sang anak sedang bermain brsama temannya.Dia merasa lapar dan akhirnya dia pulang ke rumah nya untuk makan.Sesampainya dirumahnya,dia melihat ibunya sedang memasak nasi goreng yang di goreng tanpa minyak.Karena mencium aroma masakan ibunya yang sedap,Si anak jadi tidak sabar ingin segera makan.Diapun merengek dan menangis pada ibunya,Bawi kuwu tapi ibunya mencoba untuk tidak menghiraukan rengekan dan tangisan anaknya tapi lama kelamaan, kesabaran ibunya hilang.Dengan marah ibunya mengayunkan solet yang secara tidak sengaja meghantam kepala sang anak sehingga mengalir darah segar dari kepala sang anak.Si anak pun keluar dari rumah,dia merasa ibu-nya sudah tidak sayang lagi sama diri-nya.Melihat anaknya yang keluar dari rumah,Bawi kuwu pun mengejarnya tapi dia kalah cepat.Bawi Kuwu pun mencari anaknya kesana kemari. Tapi dia tidak berhasil menemukan anaknya juga.Diapun menyesali dirinya karena telah memukuli kepala anaknya.
Si anak bersembunyi di atas kapal
yang sedang singgah di dermaga.Kapal itu berasal dari Cina, yang membawa muatan
dagangan keramik untuk dijual di kampung tersebut. Si anak tidak tahu bahwa
kapal itu sudah selesai bongkar muat di dermaga dan Sudah terlambatlah baginya
untuk kembali ke kampungnya saat kapal itu melepas jauh dan berlayar kembali ke
negeri Cina.Saat Kapten Kapal berkeliling memeriksa kapalnya, dia menemukan si
anak yang bersembunyi di balik suatu peti.Kapten itu bertanya, “Hai anak kecil,
dari mana kamu berasal, dan mengapa kau ada di kapalku?”Anak itu menjawab
dengan gemetar ketakutan, “Saya melarikan diri dari rumah tuan…”Kapten itu
memandangnya dengan penuh selidik, “Mengapa kepalamu berdarah?”Anak itu
menjawab, “Karena dipukul oleh ibu saya, karena itu saya melarikan diri dari
rumah, saya merasa bahwa ibu saya tidak menginginkan saya lagi.”Kapten itu
kemudian berkata, “Baiklah, karena kau tidak mungkin kembali ke kampungmu, maka
ku ijinkan kau untuk ikut kapalku. Tapi, kau harus bekerja seperti anak buahku
yang lain.”
Kemudian
oleh Kapten kapal, anak itu dibawa menghadap Saudagar pemilik kapal itu.
Saudagar menyuruh supaya luka di kepala anak itu dirawat sampai sembuh. Dan
oleh Saudagar kapal, anak itu diberi nama Kilin. Kilin tumbuh menjadi seorang
pemuda yang tampan dan kuat. Selain pandai, dia juga rajin bekerja. Saudagar
semakin sayang padanya, karena dia tidak mempunyai seorang anakpun, Kilin
diperlakukan seperti anaknya sendiri.Kilin di didik dengan berbagai ilmu. Setelah
dewasa, Kilin pun dipercaya untuk berlayar ke negara-negara tetangga untuk
menjual dagangan mereka. Bersama Kapten kapal yang menemukannya dulu, mereka
berlayar dari negeri ke negeri. Dari pulau ke pulau dan dari laut ke laut
serta mengarungi samudera hingga sampailah mereka ke tempat kampung si Kilin
tadi berasal, di tepi sungai Sebangau.Saat mereka singgah ke kampung ini
terlihatlah oleh Kilin seorang wanita cantik yang membawa barang-barang hasil
bumi untuk ditukarkan pada dagangan yang dibawa kapal miliknya. Saat itu lah
Kilin jatuh cinta pada wanita itu. Segera Kilin menghampiri wanita itu dan
bertanya,
“Hai gadis cantik, siapakah namamu?”
Wanita itu menjawab dengan malu-malu, “Bawi
Kuwu, tuan.”
Kilin yang terpesona dengan kecantikan wanita itu bertanya, “Maukah
kau menjadi istriku?”
Awalnya Bawi Kuwu enggan menerima lamaran Kilin yang masih muda itu,
karena dia seorang janda. Tapi Kilin yang sedang dimabuk cinta, tidak peduli
akan hal itu. Dia tetap berkehendak untuk mengawini wanita cantik itu.Setelah
menikah ia membawa Bawi Kuwu ke kapalnya, pada saat itu kapal besar disebut
dengan nama Banama oleh masyarakat Dayak dan pemiliknya disebut Bandar.
Sebelum berangkat tidur, Kilin merebahkan kepalanya di pangkuan Bawi Kuwu.
Bawi Kuwu mengelus-elus kepala suaminya dengan lembut. Saat itulah dia
menemukan bekas luka di balik rambut suaminya.
Bawi Kuwu bertanya, “Suamiku, mengapa
ada bekas luka di kepalamu?”
Kilin menjawab, “Oh, luka itu aku dapat
karena dipukul oleh ibuku dengan solet… karena itu pula aku melarikan diri dari
rumah, karena aku merasa ibuku sudah tidak mencintaiku lagi! Untunglah aku
bertemu dengan Saudagar Cina yang baik hati, yang mendidikku sampai aku dewasa…”
Betapa terkejutnya Bawi Kuwu mendengar
cerita suaminya itu… dengan wajah pucat dia berkata, “Akulah ibumu yang
memukulmu itu!”
Kilin bangkit dengan marah, “Bohong!
Mana mungkin ibuku masih muda dan cantik seperti kamu? Ibuku pasti sudah tua
dan keriput”
Esoknya Kilin menggelar upacara dengan mendirikan Sangkaraya. Banyak
orang penduduk kampung itu yang diundang dalam upacara tersebut. Mereka
beramai-ramai menikmati hidangan makanan yang disediakan di sana.Di tengah
upacara itu berlangsung, tiba- tiba datanglah angin ribut yang hebat dan awan
tebal sekali. Petir sambar menyambar, bunyi guntur bergemuruh, langit gelap
gulita. terjadilah hujan badai yang sangat hebat. Kilin segera berlari ke
kapalnya yang berlabuh di sungai Sebangau.Di tengah badai itu, kapal (banama)
yang dimiliki Kilin berubah menjadi batu besar yang bentuknya mirip seperti
kapal, yang kemudian dikenal dengan nama Batu Banama.
Sangkaraya yang didirikan di tengah kampung berubah menjadi Bukit
Tangkiling Palangka Raya yang paling tinggi puncaknya, di sana terdapat Batu
Kapit Dosa dengan Bawi Kuwu yang terjebak hidup-hidup di dalam batu tersebut.
Selanjutnya ada semacam upacara penghormatan atau ritual yang dilakukan
dekat batu itu. Fungsinya meminta pengampunan atas dosa yang telah dilakukan.
Sesaji turut dihadirkan, terhampar bermacam kue tradisional dan membakar
kemenyan. Semua yang hadir dalam upacara itu membaca doa sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing.
Menurut kepercayaan setempat, bila seseorang
berbuat dosa, maka tidak akan bisa melewati sela kedua batu itu. Bukit
tangkiling berjarak kurang lebih 34 km dari kota palangaka raya,kalimantan
tengah.Bukit tangkiling mempunyai ketinggian kurang lebih 500 m. Sekarang
ini Bukit
Tangkiling Palangka Raya ini
berada di tepi Sungai Rungan dan di kaki bukit Tangkiling ada sebuah desa yang
bernama Desa Tangkiling. Bukit Tangkiling kini telah menjadi objek wisata
di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.Konon peristiwa ini terjadi pada masa
dinasti Tang, maka lokasi peristiwa ini dinamai Tangkiling, penggabungan dari
kata Tang dan Kilin, yang penyebutannya berubah menjadi
Tangkiling. Terlepas dari cerita legenda Bukit Tangkiling Palangka Raya,
pemandangan indah dengan panorama alam menyajikan suatu obyek wisata yang asyik
untuk di nikmati untuk menghabiskan hari liburan diakhir pekan.
Penulis :Aulia
Redaktur :Ari
Referensi
http://ceritarakyatkalteng.blogspot.com/2018/12/legenda-bukit-tangkiling-palangkaraya.
KOMENTAR