“Bagaimana kabarmu Semut?” tanya sang Raja.
“Hamba baik-baik saja, baginda.” jawaba Semut sangat gembira.
“Dari mana saja kau pergi?”
“Hamba sejak dari pagi pergi ke beberapa tempat, tetapi belum juga mendapatkan makanan baginda.”
“Jadi, sejak tadi pagi kamu belum makan?”
“Benar baginda.” Raja itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata.
“Hamba baik-baik saja, baginda.” jawaba Semut sangat gembira.
“Dari mana saja kau pergi?”
“Hamba sejak dari pagi pergi ke beberapa tempat, tetapi belum juga mendapatkan makanan baginda.”
“Jadi, sejak tadi pagi kamu belum makan?”
“Benar baginda.” Raja itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata.
“Hai Semut. Seberapa banyak makanan yang kau butuhkan untuk dalam satu tahun?”
“Hanya sepotong roti baginda,” jawab Semut.
“Kalau begitu, maukah kau ku beri sepotong roti untuk hidupmu setahun?”
“Hamba sangat senang baginda.”
“Kalau begitu, ayo engkau ku bawa pulang ke istana,” ujar Raja tersebut.
“Hanya sepotong roti baginda,” jawab Semut.
“Kalau begitu, maukah kau ku beri sepotong roti untuk hidupmu setahun?”
“Hamba sangat senang baginda.”
“Kalau begitu, ayo engkau ku bawa pulang ke istana,” ujar Raja tersebut.
Semut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang Raja. Ia tidak susah lagi mencari makan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian dari sang Raja lebih enak dan manis. “Sekarang engkau masuklah ke dalam tabung yang telah ku isi sepotng roti ini,” perintah san Raja.
“Terima kasih baginda. Hamba akan masuk.”
“Setahun yang akan datang tabung ini baru akan ku buka,” ujar sang Raja lagi.
“Hamba sangat gembira baginda.”
“Terima kasih baginda. Hamba akan masuk.”
“Setahun yang akan datang tabung ini baru akan ku buka,” ujar sang Raja lagi.
“Hamba sangat gembira baginda.”
Tabung berisi roti dan Semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang Raja. Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara tetap masuk di dalam tabung. Tabung tersebut disimpan di tempat khusus di dalam istana. Hari-hari berikutnya sang Raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya, setelah genap setahun, teringatlah sang Raja akan janjinya pada sang Semut. Perlahan-lahan sang Raja membuka tutup tabung berisi Semut itu. Ketika tutup tabung terbuka, si Semut baru saja menikmati roti pemberian Raja setahun yang lalu.
“Bagaimana kabarmu Semut?” tanya sang Raja ketika matanta melihat Semut di dalam tabung.
“Keadaan hamba baik-baik saja baginda.”
“Tdak pernakah kau sakit dalam setahun di dalam tabung ini?”
“Tidak baginda, selama setahun hamba tidak pernah sakit.”
Kemudian sang Raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti milik Semut tersebut.
“Keadaan hamba baik-baik saja baginda.”
“Tdak pernakah kau sakit dalam setahun di dalam tabung ini?”
“Tidak baginda, selama setahun hamba tidak pernah sakit.”
Kemudian sang Raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti milik Semut tersebut.
“Mengapa roti pemberianku tidak kau habiskan sedangkan dalam setahun kau hanya memerlukan sepotong roti?” tanya sang Raja. “Begini baginda, roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan, baginda lupa membukanya, tentu saja hamba masih bisa makan roti setahun lagi. Tapi untunglah baginda tidak lupa membuka tutup tabung ini. Hamba sangat senang sekali baginda.” sang Raja sangat terkejut sekali mendengar penjelasan sang Semut yang tahu hidup hemat.
Sang Raja pun tersenyum kecil melihat Semut tersebut. “Kau adalah Semut yang hebat, kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hali ini akan ku siarkan ke seluruh negeri, agar rakyat-rakyatku dapat mencontohmu. Kalau Semut saja dapat menghemat, mengapa manusia justru hidup boros?”
“Sebaiknya baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si Semut. Semut itu akhirnya mendapat hadiah lagi dari sang Raja. Sebagai tanda terima kasih karena telah mengajarinya tanda hidup hemat.
“Sebaiknya baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si Semut. Semut itu akhirnya mendapat hadiah lagi dari sang Raja. Sebagai tanda terima kasih karena telah mengajarinya tanda hidup hemat.
Cerpen Karangan: Nurnaziah
Facebook: nurnaziah2[-at-]gmail.com/naziah
Facebook: nurnaziah2[-at-]gmail.com/naziah
KOMENTAR